Sabtu, 4 Oktober 2025

Terbit : Jum, 06 Juni 2025

Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam

Oleh : admin Blog
Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam

Khutbah Iedul Adha 1446 H - Ust. Budi Santoso, Lc, M.H

Pentingnya Menanamkan Ketakwaan

Dalam jiwa ini perlu ditanamkan bahwa tujuan akhir sebuah ketakwaan dengan melaksanakan ibadah yang Allah SWT telah perintahkan serta menjauhi segala kemaksiatan sebenarnya adalah agar di dunia dan di akhirat kita mendapatkan kebaikan. Sebagaimana firman Allah SWT:


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Bersyukur atas Nikmat Allah

Kita juga patut bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia dan ni'mat yang telah Allah subhanahu wa ta'ala anugerahkan. Ia memberi kita kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan salat idul adha yang akan kita lanjutkan dengan ibadah kurban hari ini. Saat banyak orang terkulai lemah di atas pemberingan sampai-sampai butuh alat pernafasan, Allah beri kita kesehatan. Hari ini saat banyak orang kelaparan karena tidak ada makanan, Allah subhanahu wa ta'ala berikan kita rezeki yang cukup dan juga kelapangan. Demi Allah, nikmatnya pada kita sangat banyak sekali, lebih banyak dari tetesan air hujan. Di sisi lain, tidak semua orang merasakan apa yang kita dapatkan.
Sebagaimana firman Allah SWT:


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'" (QS. Ibrahim: 7)

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd.

Keagungan Hari Raya Idul Adha

Hari ini bukan hari biasa, hari ini adalah hari yang agung, hari ketika seluruh dunia Islam menegakkan syiar tauhid dan pengorbanan, hari ketika jutaan umat manusia di penjuru bumi mengumandangkan takbir, menyembelih hewan kurban, mengenakan pakaian terbaik dan bersujud penuh syukur kepada Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT:


فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar: 2)

Hakikat Pengorbanan dan Cinta kepada Allah

Idul Adha bukan sekedar perayaan. Ia adalah panggilan jiwa. Panggilan untuk kita semua yang hidup di tengah dunia penuh cinta dan keterikatan untuk bertanya kepada diri sendiri: Adakah cinta kita yang lebih besar dari cinta kita kepada Allah Azza wa Jalla? Idul Adha bukan hanya tentang kambing, sapi, atau unta yang disembelih. Ia adalah simbol penyembelihan hal-hal yang kita cintai ketika cinta itu berpotensi menghalangi kita dari ketaatan. Ia adalah momentum untuk meneladani orang-orang yang telah membuktikan cintanya kepada Allah Azza wa Jal dengan pengorbanan sejati.
Sebagaimana firman Allah SWT:


وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ
"Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 165)

Jamaah sholat 'Ied Rahimakumullah. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahi hamd.

Keteladanan Nabi Ibrahim dan Keluarganya

Hari ini kita kenal satu kisah penuh berkah, bukan sekedar dongeng indah, tapi petunjuk yang menuntun ke jalan lillah. Kita berbicara tentang Nabi kita Ibrahim Khalilurrahman, yang dimana Allah subhanahu wa ta'ala telah mencintainya dan memberikan Taufik kepada Nabi kita Ibrahim alaihi salam. Disamping itu, Nabi kita Ibrahim AS senantiasa mencintai Allah SWT, tak pernah gencar ataupun kendur. Ia bukan hanya berkata, tapi berkorban dalam sabar dan tawakkal, mengajarkan bahwa iman tak cukup di lisan, tapi harus total.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahi'l hamd.

Ma'asyar al-muslimin, jemaah salat 'iedul Adha, rahimahumullah. Kita lihat bagaimana Nabi kita Ibrahim alaihissalam meninggalkan keluarganya di tanah yang gersang atas perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail di sebuah lembah tandus yang telah menjadi kota Mekah. Bayangkan seorang ayah meninggalkan keluarganya, meninggalkan anak dan istrinya tercinta di tengah padang pasir tanpa persediaan yang cukup. Nabi Ibrahim yakin, cukuplah Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai penjaganya. Bukan tega, bukan tak cinta, tapi lebih cinta pada Sang Pencipta dengan memenuhi perintah-Nya.
Sebagaimana firman Allah SWT:


رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ


"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat…" (QS. Ibrahim: 37)

Maka ketika itu Hajar pun bertanya, "Allahu amara ka bihadza?" Apakah Allah Subhanahu wata'ala yang memerintahkan ini semua? Maka Nabi Ibrahim Alaihis Salam mengatakan, "Ya." Maka apa yang dikatakan ibunda Hajar? "Idzan la yudhoyyiuna abadan." Maka kalau memang itu adalah perintah Allah subhanahu wa ta'ala, niscaya Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan menyia-nyiakan kami. Beginilah keluarga yang tauhidnya tak tergoda dunia, dan mengedepankan cinta pada Allah subhanahu wa ta'ala daripada orang terdekatnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahi'l hamd.

Ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail

Ma'asyarul muslimin, a'azaniallahu waiyyakum. Kalau datang perintah yang mengguncangkan jiwa, menyembelih Ismail, putranya tercinta, namun Ibrahim tak ragu, tak menunda, dan Ismail pun siap dengan hati penuh sabar dan doa. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS. Ash-Shaffat: 102)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahi'l hamd.

Keteguhan Tauhid dan Perlindungan Allah

Maashara'l muslimin, a'zani Allahu wa'ayyakum. Bahkan jauh sebelum itu, Nabi kita Ibrahim juga berani melawan berhala-berhala, menghancurkan sesembahan yang dijaga manusia buta mata dan logika. Ia dilempar ke dalam api yang membara, tapi Allah subhanahu wa ta'ala melindunginya seraya berkata:


قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
"Kami berfirman: 'Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.'" (QS. Al-Anbiya: 69)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd.

Hakikat Cinta Sejati kepada Allah

Ma'asyarul muslimin, a'azaniallahu wa'iyyakum. Itulah hal mengajarkan bahwa cinta sejati bukan hanya diucapkan, tetapi dibuktikan. Jika cinta kita kepada Allah Subhanahu wa ta'ala itu lebih besar, maka tentunya ini adalah yang diinginkan dalam agama kita, agama Islam. Jika cinta kita kepada sesuatu lebih besar daripada cinta kepada Allah subhanahu wa ta'ala, maka hal ini harus kita sembelih, harus kita adakan, harus kita perbaiki kembali tentang cinta kita kepada sesuatu selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bukan untuk dihilangkan, tapi agar disucikan dan diarahkan.

Bayangkanlah Nabi Ibrahim AS meninggalkan anak dan istrinya di tanah yang gersang. Bayangkanlah Hajar sang istri yang dengan bayinya senantiasa pasrah dan yakin kepada Allah Azza wa Jalla. Bayangkan Nabi Ismail menyerahkan lehernya untuk memenuhi perintah Tuhannya. Dan Nabi Ibrahim juga siap dimasukkan ke dalam api demi menegakkan Tauhid Ilahi. Mereka semua telah membuktikan cintanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Pertanyaannya, bagaimana dengan kita semua?

Cinta adalah karunia, tapi bila tidak diarahkan pada Yang Maha Tercipta, Maha Pencipta, ia bisa menjadi jebakan dan malapetaka. Maka kita harus memperhatikan cinta kita pada sesuatu. Jangan pernah cinta tersebut melebihi cinta kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Sebagaimana firman Allah SWT:


وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ
"Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 165)

Cinta sejati kepada Allah selalu diuji lewat pengorbanan. Apakah kita siap mengorbankan dunia demi menggapai akhirat kita? Apakah kita siap melepas ego demi perintah Allah azza wa jal? Apakah kita siap lagi mencintai Allah daripada harta, jabatan, bahkan orang yang kita sayang? Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari Nabi kita Ibrahim AS dan menjadikan hidup kita sebagai bukti cinta kepada Allah SWT, bukan hanya di lisan tapi dalam sikap dan pengorbanan nyata.

Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad ﷺ

Ingatlah wahai kaum muslimin, ma'asyiral muslimin azaniallahu wa'iyyakum, bahwa cinta pada Allah subhanahu wa ta'ala berarti harus mengikuti tuntunan Nabi Baginda kita Muhammad SAW dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hal aqidah, ibadah, muamalah, adab maupun yang lainnya, yang dimana Allah subhanahu wa ta'ala telah mengikrarkan dalam Firman-Nya:


قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31)

Doa dan Harapan

Semoga Allah SWT menerima puasa Arofah kita dan menerima puasa Arofah kita yang kemarin kita kerjakan. Semoga Allah menerima salat idul adha kita dan kurban yang akan kita tunaikan. Semoga Allah menerima ibadah haji yang keluar ke teman dan semua kaum muslimin saat ini dilaksanakan. Semoga Allah menolong saudara-saudara kita di mana saja yang sedang ditimpa musibah dan kedukaan. Semoga Allah ampuni dosa-dosa kita semua, mematikan kita dalam keadaan husnul khatimah dan menjadikan surga sebagai tempat kita diabadikan.
Sebagaimana doa Nabi Ibrahim:


رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 127)

Ma'asyirah muslimin aazania Allah wa'iyatuh, mari kita berdoa kepada Allah SWT yang dimana Allah s.w.t. telah menyampaikan kepada kita:


ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. Ghafir: 60)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

✍🏻 Admin AL FALAH

Tulis Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Masjid Al-Falah
Perum Tembalang Pesona Asri Kota Semarang
Tahun Berdiri2000
  • Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut kepada selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (at Taubah : 18)